Monday, March 1, 2010
Dari diriku sendiri aku lahir kembali
Meriam Si Jagur dikeramatkan oleh sebagian masyarakat dan dipercaya bisa membuat wanita jadi hamil.
Warga Kota Intan merasa kehilangan. Ternyata Si Jagur pindah tempat di halaman dalam Museum Sejarah Jakarta.
Museum Sejarah Jakarta, sejak dibuka secara resmi oleh mantan Gubernur Ali Sadikin, 30 Maret 1974. Dari sepuluh museum yang dimiliki Pemda DKI Jakarta, setiap museum memiliki koleksi yang dapat diunggulkan sebagai koleksi masterpiece. Seolah-olah menjadi IKON. Sebagai contoh, Museum Sejarah Jakarta menjadi menarik karena terdapat meriam Si Jagur yang ditempatkan di bagian halaman museum tersebut. Sehingga tiap pengunjung yang melintas disana, pandangannya segera tertumbuk pada sosok meriam kuno yang lubang moncongnya menganga ke arah depan.
Tak hanya moncongnya, yang dulu menyemburkan peluru secara dahsyat. Tetapi juga bagian belakang meriam itu justru yang lebih banyak diamati oleh pengunjung. Kenapa ? Karena bentuknya yang unik. Bagian belakang meriam itu berbentuk tangan mengepal dengan ibu jari dijepit oleh jari telunjuk dan jari tengah. Sehingga terkesan membentuk sosok yang porno. Menilik bentuknya, selintas seperti lingga atau penis pria yang tengah menerobos pintu alat vital wanita. Ini sebuah perlambang kesuburan. Jadi bukan termasuk kategori tontonan yang menunjukan sosok porno.
Perjalanan panjang Si Jagur
| Keberadaan meriam Si Jagur di Indonesia sudah lama dikenal masyarakat secara luas. Selain bentuknya yang unik, juga lika-liku perjalanan panjang dan sejarah Si Jagur membuat tiap orang kepingin tahu asal-usulnya. Sejarah mencatat bahwa meriam kuno yang disebut Si Jagur ini dibuat oleh MT Bocarro di Macao sebagai peralatan tempur. Kemudian diangkut ke Malaka untuk memperkuat benteng Portugis di Malaka. Ketika Malaka jatuh ke tangan VOC tahun 1641, meriam Si Jagur diangkut ke |
Pada punggung belakang meriam ini tertera tulisan bahasa latin EX ME IPSA RENATA SUM yang terjemahan bebasnya adalah DARI DIRIKU SENDIRI AKU LAHIR KEMBALI. Atau bisa ditafsirkan juga bahwa meriam Si Jagur dilebur dari meriam-meriam kecil yang jumlahnya 16 buah. Terbuat dari logam besi berukuran panjang 380 cm. Panjang tangan di bagian belakang yang banyak menarik perhatian sekitar 41 cm. Lingkar tangan belakang 60 cm, diameter moncong meriam bagian depan 39 cm (bagian dalam) dan 50 cm (keluar) lingkar moncong meriam 158 cm, lingkar badan meriam terkecil 122 cm, lingkar badan meriam terbesar 206 cm, lebar badan meriam 100 cm. Berat meriam 7000 pound atau 3,5 ton. Nomor seri 27012.
Teman Akrab Orang Pasar
Meriam Si Jagur yang semula tersimpan di Musium Nasional, jalan Medan Mereka Barat, Jakarta Pusat. Kemudian dipindahkan untuk dipajang di depan halaman luar Museum Sejarah Jakarta, jalan Fatahillah Jakarta Kota. Letaknya persis di depan Kantor Pos Jakarta Kota, tempat para pedagang pakaian dan barang kelontong lainnya disekitar Kantor Pos. Sehingga masyarakat sekelilingnya mengenal betul sosok Si Jagur yang unik. Meriam tersebut tergeletak di bawah udara terbuka. Bila terik matahari memancarkan sinarnya, tubuh meriam itu sedikit memuai seolah menggelembung karena kepanasan. Bila turun hujan, maka badan meriam itu terasa dingin dan mengkilat. Namun karena letaknya dekat dengan keramaian pasar, maka orang-orang pasar sekaligus merasa lebih dekat dan akrab. Seringkali anak-anak disekeliling pasar pun bermain-main disitu. Orang tuanya kerapkali menjemur pakaian di badan Si Jagur. Bahkan Si Jagur menjadi teman pelepas lelah. Bila seorang tua duduk sambil mengurut-urut kakinya yang pegal dan ditempelkan di badan meriam terasa nikmat dan sejuk Seolah terjalin komunikasi antara manusia dengan meriam yang bisu tapi magis
Suatu ketika masyarakat pasar Kota Intan terkejut dan terheran-heran lantaran sosok Si Jagur yang akrab itu menghilang dari tempatnya. Iya, betul Si Jagur hilang entah kemana. Dan semua orang di dekat itu merasa sedih karena tak lagi dapat melihat si Jagur yang sehari-harinya menjadi teman bisu. Pupus sudah simbol keakraban yang selama ini lekat di dada dan kosong dari pandangan mata.
Rupanya meriam Si Jagur yang menyimpan sejarah panjang itu dipindahkan ke halaman dalam di depan Museum Sejarah Jakarta. Tak jauh dari Kantor Pos yang ramai dengan para pedagang. Keberadaannya di luar | |
Tetapi alasan pihak Museum Sejarah Jakarta memindahkan meriam Si Jagur dari dekat pasar ke dalam halaman adalah karena tiket alias finansial. Selain alasan utamanya adalah agar koleksi unggulan ini dapat terpantau dan terawat lebih baik.
Membawa Berkah dan Kehamilan ?
Sebagian masyarakat terlanjur percaya bahwa kepalan ibu jari yang dijepit oleh jari telunjuk dan jari tengah Si Jagur itu lambang kesuburan. Bagi wanita yang bersuami tetapi belum punya anak, maka khasiat meriam Si Jagur diyakini bisa memberikan berkah kehamilan. Pernah terjadi seorang wanita cantik disertai suami dan kerabatnya menghampiri badan meriam. Wanita itu membuka sedikit bagian bajunya sehingga perutnya bisa bersentuhan langsung dengan badan meriam khususnya pada bagian belakang ‘Mano In Fica’ simbol pertemuan jantan dan betina untuk memperoleh kehamilan. Perut wanita itu digosok-gosokan disitu. Aneh juga dalam kehidupan modern masih ada sebagian masyarakat yang percaya dengan mistik. Inilah salah satu daya tarik meriam Si Jagur bagai magnet yang menarik masyarakat datang untuk membuktikan kebenarannya. Apa benar perempuan bisa hamil dengan cara menyentuh dan menggiosok-gosokan perurtnya pada bagian belakang yang betuliskan ‘Mano In Fica’? Terserah, boleh percaya atau tidak. Bagi orang beriman pasti tidak akan percaya, tapi bagi mereka yang suka mistik entah apa jadinya
Beberapa waktu yang lalu koran Fajar Banten memuat berita bahwa anggota DPRD propinsi Banten datang ke Pemda DKI Jakarta untuk membicarakan perundingan. Antara lain untruk membicarakan persandingan antara meriam Si Jagur dengan meriam Ki Amuk akan mendatangkan kemakmuran bagi priopinsi Banten. Dengan kata lain meriam Si Jagur ingin dipinjam oleh Pemda Banten untuk disandingkan dengan meriam Ki Amuk yang ditempatkan di Museum Banten di Karangantu Banten Lama. Kenapa bukan meriam Ki Amuk yang dipinjamkan ke
0 comments:
Post a Comment